Teliti Asal Usul Kerajaan Paksi

Sabtu, 02 Januari 2010

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat diminta meneliti asal usul dan sejarah Kerajaan Paksi Sekala Bekhak yang merupakan akar budaya masyarakat Lampung Sai Batin modern.

Demikian salah satu dari enam rekomendasi seminar budaya Sekala Bekhak yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) Lampung Barat di Yogyakarta.
Ketua Panitia Novan Adi Putra Saliwa mengatakan kegiatan itu berupa Seminar dan Gelar Budaya Bumi Sekala Bekhak 2009 dan terselenggara atas kerja sama Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga asal lingkungan Negara Batin, Liwa.
Ia menjelaskan seminar itu bertema peran pemerintah, pemuda, dan masyarakat Lampung Barat dalam meningkatkan pariwisata berbasis kebudayaan lokal guna melestarikan kebudayaan bangsa. Kegiatan ini dilaksanakan Minggu (20-12).
Ivan menjelaskan pembicara dalam seminar tersebut ialah Asisten II Pemkab Lambar Gunawan Rasyid, G.K.R. Pembayun (putri tertua Sultan Hamengkubowono X), Sai Batin Gedung Dalom Marga Liwa Puniakan Beliau Pangeran M. Harya Ramdhoni Julizarsyah gelar Suttan Pangeran Indrapati Cakranegara VII.
M. Harya Ramdhoni dalam seminar menyarankan agar Pemkab Lambar membangun sebuah paradigma baru kebijakan pariwisata dengan menggunakan pendekatan wisata sejarah yang bertujuan memunculkan kembali budaya purba Sekala Bekhak yang terlupakan selama berabad-abad.
Kegiatan tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi yang diserahkan kepada Pemkab Lampung Barat melalui Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Setkab Lambar
Ivan memaparkan rekomendasi kedua, Pemkab Lambar harus segera memulai menginventarisasi, merawat, dan menjaga situs-situs purbakala, sehingga tetap terjaga dan menjadi objek wisata menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Ketiga, Pemkab Lambar segera mengoptimalkan pemanfaatan pembangunan objek-objek wisata dengan fasilitas dan pegawai yang profesional dan berwawasan kebudayaan lokal, sehingga mampu meningkatkan hajat hidup masyarakat setempat.
Keempat, menjaga dan melestarikan seni budaya Lampung Barat khususnya kesenian yang hampir punah dengan memasukkannya ke dalam pembelajaran di sekolah sebagai bekal bagi kaum muda daerah.
Kelima, menggunakan simbol-simbol kelampungan seperti bahasa dan tapis atau pakaian adat bagi para pejabat dan pegawai pemda pada hari-hari tertentu, sebagai motivasi dan benteng penyelamat terkikisnya budaya lokal. Keenam, meningkatkan peran pemuda atau karang taruna dalam mendukung kebijakan pariwisata di Lampung Barat.
Ruci Candika selaku Ketua IKPM Lambar menambahkan harapan terbesar dari para pemuda Lambar di Yogyakarta adalah dukungan moral dan material dari Pemkab untuk menjadi motivator dan fasilitator bagi seluruh gerak pemuda di tengah tantangan dunia global. MG14/S-2
(Lampost)

Artikel yang Berhubungan



1 komentar:

Dr.Qbul mengatakan...

wah betul itu, harus diteliti ulang tentang asal usul keratuan skala brak, aku dukung...

  © Budaya Lampung Atrium by Artikel 2008 info terkini info terkini

Back to TOP