Kawasan Wisata Terpadu Lombok 'Mulang Pekon' yang Sebenarnya
Kamis, 26 November 2009
KAWASAN Wisata Terpadu Lombok (KWLT) di Kecamatan Sukau, Lampung Barat, didedikasikan untuk Anda yang ingin merasakan "pulang kampung" yang sesungguhnya.
Paduan alam yang indah, Danau Ranau seluas 128 kilometer persegi, Gunung Seminung setinggi 1.880 meter, udara yang sejuk, dan kearifan budaya daerah yang lestari adalah keunggulan Kawasan Wisata Terpadu Lombok, Sukau, Lampung Barat. Dibangunnya hotel sekelas bintang 2 oleh Pemkab Lampung Barat pada 2006 lalu, menambah kelengkapan wisata di perbatasan Lampung--Sumatera Selatan ini.
Dari aspek alam, danau yang nokang di tiga provinsi ini (Lampung-Sumsel-Bengkulu) menghadirkan kesejukan air yang nyata dan bisa dirasakan. Pada momen-momen tertentu dan dalam panduan pengelola atau warga, pengunjung dapat berenang, keliling dengan perahu motor atau speedboat, atan wisata air lainnya. Gunung Seminung, meskipun berada di utara, wilayah Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan, dapat dinikmati pemandangannya dengan saksama. Sebab, gunung ini menjulang tinggi melebihi gugusan gunung-gunung Bukit Barisan Selatan.
Sementara, Bukit Barisan Selatan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung (taman nasional), masih lestari dan menyimpan flora-fauna yang memikat. Bagi yang gandrung dengan wisata petualangan atau peneliti, kawasan ini masih mewakili tantangan yang memukau.
Dari aspek budaya, sisi selatan dan tenggara Danau Ranau yang dihuni warga suku Lampung masih asli memegang teguh budayanya. Memasuki Pekon (Desa) Lombok, setelah perjalanan sekitar 7 kilometer dari jalur Liwa--Muara Dua, aura etnik lebih terasa. Rumah-rumah panggung tinggi, atap seng yang mayoritas mengindentifikasi ketuaannya, dinding rumah dari papan tanpa cat, dan ornamen-ornamen khas Lampung Pesisir masih sangat natural. Memang, beberapa bangunan sudah berubah menjadi gedung beton modern, tetapi jumlahnya belum memengaruhi suasana tradisional.
Beberapa pengamat pariwisata mengidentifikasi daerah ini lebih tepat dijadikan wisata kampung budaya dengan menempatkan kehidupan warga sebagai keunggulan. Wisatawan diajak berbaur dan beraktivitas selayaknya kegiatan warga sehari-hari yang berinteraksi dengan alam yang indah. Rumah-rumah warga dapat dijadikan tempat tinggal wisatawan (home stay), tanpa perlu menyediakan hotel.
Identifikasi pengamat itu tidak berlebihan. Ini dapat dibuktikan dengan kurang diminatinya hotel milik Pemkab yang dibangun dengan menawarkan layanan modern. "Wisatawan mancanegara tidak membutuhkan layanan modern di sini. Kalau yang begitu, di negara mereka jauh lebih hebat. Mereka ingin yang natural atau asli," kata Iswadi Pratama, budayawan Lampung.
Meskipun demikian, kehadiran fasilitas wisata dan penetapan Lombok sebagai kawasan wisata sangat memberi imbas untuk pariwisata daerah itu. Setidaknya, dengan adanya hotel dengan dua ruang konvensi berkapasitas besar itu menjadikan tempat ini dilirik wisatawan, meskipun lokal dan dinas.
Manager Hotel Seminung Lombok Resort, Samba, mengakui wisatawan yang hadir dan menginap di hotelnya lebih banyak dari instansi pemerintah. Mereka umumnya melakukan kegiatan pelatihan, rapat, atau konvensi. Juga yang hadir untuk melakukan kegiatan peninjauan.
Ke depan, kata Samba, pihaknya akan mengembangkan resort di tepi danau ini dengan aneka pilihan fasilitas. "Kami akan buat semacam kebun binatang mini, kebun buah, aneka permainan, dan lain-lain," ujarnya.
Memadukan beberapa keunggulan dalam kawasan wisata Lombok, yang terdiri dari wilayah dalam dua desa (Lombok dan Sukabanjar) itu, berwisata bisa menjadi momen seperti pulang ke kampung halaman. Anda bisa dimanjakan dan dipandu warga etnik yang ramah dan terbuka untuk menyusuri setiap lekuk eksotisme kawasan itu. Juga berbagai jenis ikan danau yang selalu menjadi menu utama. Juga dengan berbagai cara memasaknya. Liburan sekolah dan hendak mulang pekon? Coba ke Lombok!
(sumber-Lampung Post)
0 komentar:
Posting Komentar