Mahasiswa Lampung Se-Jawa Sosialisasikan Budaya Lampung

Minggu, 22 Februari 2009

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Mahasiswa asal Lampung yang sedang menempuh studi di Pulau Jawa berkomitmen menyosialisasikan dan mengembangkan seni dan budaya Lampung di tempat mereka kuliah.

Hal tersebut terungkap dalam pertemuan forum mahasiswa Lampung se-Jawa di Lampung Post, Selasa (7-10). Kegiatan dihadiri pengurus Himpunan Mahasiswa Lampung (Hipmala) Yogyakarta, Persatuan Mahasiswa Lampung (Permala) Jakarta, Kamapala Semarang, dan Ikatan Mahasiswa Lampung (Ikamala) Solo.

Ketua Permala Jakarta, Erwin Sanjaya, mengatakan sesuai dengan visi dan misi organisasi mahasiswa Lampung di Jakarta, setiap mahasiswa Lampung yang studi di Jakarta mengemban tugas sebagai duta Lampung, yaitu memperkenalkan seni dan budaya Lampung kepada khalayak ramai, baik dalam bentuk seminar ataupun pergelaran seni.

Dia mencontohkan anjungan Lampung bisa dilihat pengunjung pergelaran seni budaya di Taman Mini Jakarta. "Kami yang berada di luar daerah sangat peduli terhadap seni dan budaya Lampung. Sebab itu, kami miris mengetahui bahasa Lampung masuk salah satu bahasa dan sastra daerah yang terancam punah," kata Erwin.

Ketua Hipmala Yogyakarta, Jaka Mirdinata, mengatakan dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) kemarin, penampilan seni dan budaya Lampung dalam pentas Sakura di Yogyakarya meraih peringkat lima besar. Bahkan, Hipmala memiliki sanggar seni budaya Lampung yang selalu tampil dalam berbagai acara kesenian dan peringatan hari besar nasional.

Sementara itu, Humas Kamapala Semarang, Hamdani dan pengurus Ikamala Solo, Alfajri Amin mengatakan pendirian organisasi mahasiswa Lampung di Semarang dan Solo terhitung masih baru. Sebab itu, mereka belajar banyak dari Hipmala Yogyakarta dan Permala Jakarta.

"Lampung tidak akan menjadi besar tanpa ada yang membesarkannya, karena itu kita sebagai mahasiswa Lampung mengemban amanah mengembangkan seni dan budaya Lampung," kata Hamdani.

Sementara itu, salah seorang anggota lembaga penyelamat dan pengembang seni dan budaya Indonesia, Jakarta, Aliza, mengatakan matinya bahasa dan sastra Lampung diakibatkan orang Lampung sendiri.

Selain rasa tidak percaya diri menggunakan bahasa Lampung dalam keseharian, orang Lampung juga memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap orang lain. Ketika dalam sebuah forum terdapat orang bukan Lampung, orang Lampung memilih menggunakan bahasa Indonesia.

Salah satu cara menghidupkan kembali bahasa ibu itu adalah dengan menggunakan bahasa Lampung dalam keseharian. Begitu juga dengan mahasiswa Lampung yang berada di luar daerah, harus melestarikan bahasa, seni, dan budaya Lampung.

Sumber: Lampung Post, Kamis, 9 Oktober 2008

Artikel yang Berhubungan



0 komentar:

  © Budaya Lampung Atrium by Artikel 2008 info terkini info terkini

Back to TOP